Sore Hari di Ubud

Shen dan Nilam sudah bersahabat sejak kecil. Dalam sebuah perjalanan tujuh hari ke Bali, keduanya dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan terpendam yang, kalau diungkapkan, bisa saja merusak pertemanan mereka. Seven Days adalah cerita klasik tentang dilema persahabatan dan cinta dengan keindahan Bali sebagai latar belakang plot yang manis ini.

Some of the greatest things in life come when you least expect it. Begitu juga untuk Elizabeth Bard, yang sebenarnya hanya di Paris untuk kunjungan akhir pekan, tapi, tanpa disangka-sangka, akhirnya batal pulang setelah sebuah sesi makan siang dengan seorang pria Perancis. Now, the best thing about surprises is that it can happen anywhere. Untuk Elizabeth, Paris. Untuk kamu, mungkins aja Ubud. ;)

Jane Turner adalah seorang barista yang terkenal bisa menjodohkan orang sesuai dengan tipe kopi favorit mereka. Tapi, sayangnya, hal tersebut nggak menjamin ia sendiri sukses mencari pria yang cocok untuk dirinya. Kalau kamu pecinta kopi, buku ini pas dibaca sambil duduk sore-sore di teras hotel, menghadap sawah... atau mungkin di kedai kopi Seniman di Jalan Sriwedari.

Dalam kisah ini, seorang ayah dan anaknya melintasi bagian barat laut Amerika Serikat di atas sebuah sepeda motor, sebuah pengalaman yang membuat cerita ini sebuah renungan kontemplatif bukan hanya mengenai traveling, tapi tentang filosofi kehidupan, pertumbuhan karakter pribadi, dan proses menemukan diri sendiri.

Mungkin ketenangan yang kamu cari justru ada dalam puasa. Bukan puasa dalam konteks agama, tapi puasa dalam konteks kesehatan jasmani dan pikiran. Puasa dari hingar-bingar perkotaan, puasa dari jajanan pinggir jalan atau godaan makanan cepat saji, puasa dari hal-hal yang bikin stress dan susah tidur.

Yoga, meditasi, bengong-bengong santai di sore hari, semua hal ini memang bisa kamu lakukan di mana saja, namun Ubud sepertinya tetap tempat paling pas untuk berdiam diri dan mengosongkan pikiran. Baca lebih lanjut tentang seni relaksasi di sini.

Sejak buku ini diterbitkan tahun 2006, sulit untuk membicarakan Ubud tanpa membawa-bawa nama Elizabeth Gilbert serta pengalamannya di desa sunyi ini yang ia rangkum dalam memoirnya yang cukup apik. Kalau kamu sedang merencanakan perjalanan ke Ubud, ini kesempatan yang pas untuk mencari tahu apa yang sebenarnya membuat buku ini begitu terkenal.